Kisah Nenek Pakande, Cerita Rakyat asal Sulsel Pemangsa Anak-anak
Sadar hati mereka akan dimakan sang nenek, kedua anak itu kemudian mengatakan kepada sang nenek untuk tidur.
"Pergilah tidur nenek, jangan sampai larut malam karena besok engkau akan pergi," ujar mereka.
Lalu dijawab sang nenek, "Baiklah, engkau juga pergilah tidur," ujarnya.
Keesokan harinya, mereka bangun cepat lalu menyuruh adiknya memasak.
"Baiklah untuk terakhir kali kita makan di sini". kata Si Sulung.
Kemudian mereka mempersiapkan rencana untuk kabur. Sang kakak lalu memeriksa kuda milik Nenek Pakande.
Kemudian sang kakak juga naik ke atas rumah dan berpesan kepada cicak.
"Bila Nenek Pakande kembali nanti, dan ia memanggil dari bawah tanah, menyahutlah, 'Saya di rumah'. Bila memanggil dari rumah,
menyahutlah, "Saya di loteng". Bila memanggil dari loteng, menyahutlah, "Saya di puncak rumah,", kata mereka kepada cicak.
Karena kasian, sang cicak kemudian membantunya. Setelah makan, mereka lalu pergi dengan salah satu kuda milik Nenenk Pakande. Sebelum pergi, mereka membawa botol di atas loteng ruma
"Ada botol nyawa Nenek Pakande di loteng engkau naik dan mengambilnya, kita bawa pergi," kata sang kakak kepada adiknya.
Editor: Candra Setia Budi