get app
inews
Aa Text
Read Next : Gowa Geger, Suami Tusuk Istri hingga Tewas lalu Coba Bunuh Diri

Jejak Suku Bugis di Bali, Berawal saat Syekh Haji Mu'min Terdampar hingga Bantu Raja Berperang

Kamis, 01 April 2021 - 17:05:00 WITA
Jejak Suku Bugis di Bali, Berawal saat Syekh Haji Mu'min Terdampar hingga Bantu Raja Berperang
Makam Syeikh Haji Mu’min bin Hasanuddin yang berasal Gowa. (Foto: Istimewa).

GOWA, iNews.id - Makam tua yang berada di Pulau Serangan menjadi bukti adanya peranan masyarakat Suku Bugis dalam catatan sejarah Bali. Peninggalan yang diperkirakan sejak abad ke-17 masehi itu masih ada hingga sekarang ini.

Syekh Haji Mu’min bin Hasanuddin yang berasal Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) terdampar di Pulau Serangan bersama rombongannya. Dia yang memiliki kesaktian tinggi kemudian membantu Raja Badung, Ida Cokorda Pemecutan III.

Jejak Syekh Haji Mu’min hingga saat ini masih ada di Kampung Islam Bugis, Pulau Serangan, Kota Denpasar, Bali. Lokasinya berkisar 15 kilometer dari Ibu Kota Bali.

Kampung Bugis dihuni sekitar 100 kepala keluarga dengan jumlah warga 285 orang. Mereka hidup secara berdampingan dan penuh toleransi dengan penduduk asli Bali yang mayoritas Hindu. Sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.

Berbagai penelitian menyebutkan Kampung Bugis ada sejak abad ke-17 Masehi. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari Kabupaten Gowa, Sulsel, yang memilih meninggalkan daerahnya setelah Belanda menguasai Kerajaan Gowa.

Pilihan itu diambil karena banyaknya aturan yang dikeluarkan pemerintah Belanda, di antaranya perjanjian Bongaya. Aturan itulah yang membuat banyak orang pribumi pergi meninggalkan kampung halamannya, seperti keputusan Syekh Haji Mu'min.

Dia dan 40 orang pengikutnya memilih berlayar menggunakan kapal hingga akhirnya terdampar di Pulau Serangan Denpasar. Kedatangan rombongan asal Suku Bugis ini pun tersebar dan sampai ke telingan Raja Badung, Ida Cokorda Pemecutan III.

Raja Pemecutan mencurigai Haji Mu'min merupakan mata-mata Belanda sehingga ditangkap. Namun Haji Mu'min berhasil meyakinkan sang raja, dia dan pengikutnya akhirnya diizinkan tinggal sementara di istana Puri Pemecutan.

Raja Pemecutan lalu mendegar kabar bahwa Haji Mu'min adalah orang yang sakti. Sang raja lalu meminta syekh asal Gowa ikut membatu peperangan melawan Kerajaan Mengwi dan dijanjikan hadiah menempati Pulau Serangan.

Peperangan pun berlangsung dan dimenangkan Kerajaan Badung. Haji Mu'min kehilangan 31 orang pengikutnya yang gugur di medan perang. Namun pengorbanan ini terbayarkan.

Sang raja pun menepati janjinya. Haji Mu'min dan pengikutnya diizinkan menempati Pulau Serangan. Mereka pun dibangunkan musala sebagai bonusnya, yang kini menjadi Masjid Assyuhada, berdiri kokoh di Pulau Serangan Denpasar.

Di depan masjid terdapat rumah suku Bugis, rumah ini menjadi cagar budaya karena bangunannya masih asli seperti ratusan tahun silam. Tapi sayangnya, kondisi cagar budaya ini tampak kurang dirawat padahal menjadi aset sejarah.

Jejak sejarah lainnya yang masih tersimpan di Kampung Bugis adalah Alquran tua yang dibuat pada abad ke-17. Kitab suci kuno itu masih berupa tulisan tangan dengan sampul terbuat dari kulit unta dengan panjang 40 sentimeter dan lebarnya 20 sentimeter.

Ikon sejarah lainnya yaitu pemakaman muslim yang sering disebut warga sebagai kuburan kampung Bugis. Di sini pula Haji Mu’min dimakamkan. Hingga kini, makam yang telah menjadi cagar budaya itu selalu ramai dikunjungi peziarah.

Editor: Andi Mohammad Ikhbal

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut