get app
inews
Aa Text
Read Next : Oknum Polisi Bunuh Dosen IAK Bugo, Penyidik Dalami Kemungkinan Keterlibatan Pelaku Lain

Keren, Dosen Unhas Makassar Masuk Peneliti Berpengaruh Dunia

Selasa, 02 November 2021 - 18:50:00 WITA
Keren, Dosen Unhas Makassar Masuk Peneliti Berpengaruh Dunia
Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unhas, Prof Dr drg Muh Harun Achmad, Sp.KGA. K-KKA . (Foto: Dokumentasi Pribadi.

Doktet Gigi Harun merupakan profesor muda yang telah dinobatkan sebagai periset unggul Unhas pada 2019 lalu. Sementara sebagai reviewer nasional dan internal sejak 2015 sampai sekarang. Bahkan diusia 47 tahun sudah menyandang gelar profesor. Dia pun telah aktif sejak lama dengan ikut penelitian sejak 1982 silam.

Pria kelahiran Maros, 23 Mei 1971 ini juga sudah menelurkan 133 jurnal di Science and Technology Index (Sinta). Termasuk H-indeks scopus 13 dan H-indeks GS 17. Hal inilah yang mengantar Harun masuk daftar peneliti berpengaruh dunia.

Tidak hanya itu, buku yang diterbitkan sudah mencapai 10 terbitan dan mempunyai hak paten. Saat ini di Unhas, Profesor Harun masuk peneliti urutan nomor satu versi Sinta, dan nomor urut 12 di seluruh Indonesia.

"Saya baru serius di 2016. Saya teliti macam-macam, ada soal kanker rongga mulut, penggunaan obat herbal untuk hambatan kuman dalam rongga mulut dan lainnya. Paling terakhir, saya buat alat Elecromyografi untuk mendeteksi kekuatan kontraksi otot gigi," tuturnya.

Kendati demikian, kata dia, alat itu belum ada di Indonesia. Sehingga dirinya berinisiatif menciptakannya bersama dosen Teknik Informatika dan Teknik Elektro. Namanya alatnya, Diagnostik kontraksi Otot Orofasial Dentosmart EMG.

Alat ini digunakan untuk mendeteksi kekuatan kontraksi otot orofasial untuk preventif gigi tidak beraturan (maloklusi) pada anak tumbuh kembang. Sehingga seorang anak yang umur belasan tahun giginya tonggos bisa dideteksi, kemudian bisa dicegah agar tidak tambah tonggos dengan memperbaiki otot giginya.

Alatnya berhasil tercipta saat kompetisi riset nasional Kemeristek Dikti selama dua tahun untuk riset dasar dan akan lanjut ke terapan.

"Alatnya belum ada di Indonesia, cuma ada di Jepang dan Amerika. Sementara tidak bisa dipinjamkan, terpaksa kami bikin sendiri alatnya dan akan saya patenkan nanti," ujarnya.

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut