Kapal Layar Tradisional Asal Indonesia Pinisi, Kebanggaan Masyarakat Bugis
Pohon welengreng atau pohon dewata dipilih sebagai bahan pembuatan kapal pinisi. Batang pohon tersebut dikenal kuat dan kokoh.
Sawerigading membuat kapal itu sebagai alat transportasi menuju China. Kedatangannya ke Negeri Tirai Bambu bermaksud untuk mempersunting Putri We Cudai.
Setelah sekian lama tinggal di China usai menikahi We Cudai, di ingin pulang ke Nusantara. Dia pun kembali menaiki kapal buatannya.
Namun nahas, kapal itu hancur dihantam ombak saat tiba di dekat Pantai Luwu. Pecahan-pecahan kapal itu kemudian terdampar wilayah Kabupaten Bulukumba, yakni Kelurahan Ara, Tana Beru, dan Lemo-lemo.
Pecahan kapal itu lantas kembali dirakit oleh masyarakat setempat hingga menjadi perahu megah yang disebut kapal pinisi.
Konon, pembuatan kapal pinisi terbagi dalam tiga tahap, dimulai dengan penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk fondasi. Bahan yang digunakan bisa menggunakan empat jenis kayu, yakni kayu besi, kayu bitti, kayu kandole atau punaga, dan kayu jati.
Selanjutnya, kayu-kayu itu dirakit dengan pemasangan lunas, papan, mendempulnya, dan tiang layar. Uniknya, saat pemotongan lunas, wajib menghadap timur laut.
Setelah berbulan-bulan dirakit, tahap terakhir yakni meluncurkan kapal layar tradisional asal Indonesia itu ke laut. Sebelum dilakukan, warga harus melakukan ritual khusus yang dinamakan upacara maccera lopi (menyucikan perahu).
Editor: Rizky Agustian