get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral Pemuda di Pangkep Tewas Tertusuk Badik saat Tradisi Sambut Pengantin, Begini Kronologinya

Kapal Layar Tradisional Asal Indonesia Pinisi, Kebanggaan Masyarakat Bugis

Minggu, 16 Juli 2023 - 20:25:00 WITA
Kapal Layar Tradisional Asal Indonesia Pinisi, Kebanggaan Masyarakat Bugis
Pinisi, kapal layar tradisional asal Indonesia yang menjadi kebanggaan masyarakat Bugis. (Foto: Antara)

JAKARTA, iNews.id - Kapal layar tradisional asal Indonesia banyak tersebar di berbagai wilayah. Pasalnya, nenek moyang Indonesia diketahui merupakan pelaut.

Ini bukan tanpa alasan, sebab Indonesia terdiri atas ribuan pulau. Teknologi yang belum semaju sekarang mengharuskan mobilisasi para nenek moyang ke pulau lain menggunakan kapal.

Salah satu kapal layar tradisional asal Indonesia yakni kapal pinisi. Kapal ini digunakan masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk berlayar.

Suku Bugis dikenal pandai mengarungi lautan. Bahkan, kepiawaian masyarakat Bugis saat itu diakui seantero Nusantara maupun dunia.

Lantas, bagaimana sejarah kapal pinisi sebagai kapal layar tradisional asal Indonesia? Berikut informasinya sebagaimana iNews.id rangkum dari laman Kemendikbudristek, Minggu (16/7/2023).

Pinisi, Kapal Layar Tradisional Asal Indonesia

Kapal pinisi memiliki ciri khas dua tiang utama yang menjulang tinggi serta dilengkapi dengan tujuh layar. Umumnya, tiga layar terbentang di bagian depan kapal, dua di tengah, serta dua layar sisanya di belakang.

Dalam naskah Lontarak I Babad La Lagaligo, kapal layar tradisional asal Indonesia ini konon sudah ada sejak abad 14 M. Diceritakan, kapal pinisi semula dibuat oleh putra mahkota Kerajaan Luwu, Sawerigading.

Pohon welengreng atau pohon dewata dipilih sebagai bahan pembuatan kapal pinisi. Batang pohon tersebut dikenal kuat dan kokoh.

Sawerigading membuat kapal itu sebagai alat transportasi menuju China. Kedatangannya ke Negeri Tirai Bambu bermaksud untuk mempersunting Putri We Cudai.

Setelah sekian lama tinggal di China usai menikahi We Cudai, di ingin pulang ke Nusantara. Dia pun kembali menaiki kapal buatannya.

Namun nahas, kapal itu hancur dihantam ombak saat tiba di dekat Pantai Luwu. Pecahan-pecahan kapal itu kemudian terdampar wilayah Kabupaten Bulukumba, yakni Kelurahan Ara, Tana Beru, dan Lemo-lemo.

Pecahan kapal itu lantas kembali dirakit oleh masyarakat setempat hingga menjadi perahu megah yang disebut kapal pinisi.

Konon, pembuatan kapal pinisi terbagi dalam tiga tahap, dimulai dengan penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk fondasi. Bahan yang digunakan bisa menggunakan empat jenis kayu, yakni kayu besi, kayu bitti, kayu kandole atau punaga, dan kayu jati.

Selanjutnya, kayu-kayu itu dirakit dengan pemasangan lunas, papan, mendempulnya, dan tiang layar. Uniknya, saat pemotongan lunas, wajib menghadap timur laut.

Setelah berbulan-bulan dirakit, tahap terakhir yakni meluncurkan kapal layar tradisional asal Indonesia itu ke laut.  Sebelum dilakukan, warga harus melakukan ritual khusus yang dinamakan upacara maccera lopi (menyucikan perahu).

Upacara ini dilakukan dengan prosesi pemotongan hewan. Apabila bobot perahu kurang dari 100 ton maka hewan yang dikorbankan adalah seekor kambing, sedangkan jika lebih dari 100 ton hewan yang dikorbankan adalah seekor sapi.

Itulah informasi kapal pinisi sebagai kapal layar tradisional asal Indonesia.

Editor: Rizky Agustian

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut