Upacara Adat Rambu Solo, Ritual Pemakaman Unik dan Termahal Suku Toraja

Rambu Solo dipersiapkan keluarga almarhum sebagai wujud perpisahan dengan mengantarkan jiwa yang telah tiada menuju ke alam roh. Semakin meriah dah lama acara menandakan status sosial seseorang. Biasa dilakukan tiga hari hingga satu pekan.
Dalam upacara terdapat dua perbedaan golongan masyarakat dalam jumlah hewan yang akan disembelih untuk merayakan pesta, yakni golongan Rapasan (Bangsawan) jumlah kerbau yang serahkan berkisar 24 sampai seratus ekor.
Golongan Tana Bassi (menengah) wajib memberikan 8 ekor kerbau dan 50 ekor babi. Jumlah yang diinginkan harus terpenuhi, supaya dapat mengantarkan jenazah ke tempat tinggi atau disemayamkan pada tebing.
Jika belum terpenuhi maka akan disimpan di atas tongkonan (rumah adat Toraja) dan diibaratkan sebagai orang yang sakit.
Rambu Solo terdiri atas dua kata yakni, Rambu yang berarti asap dan Solo yang bermakna turun. bertujuan mengantarkan jiwa yang mati menuju alam roh bertemu para kerabat yang telah tiada. Alam keabadian dalam adat Toraja disebut Puya.
Terdapat banyak alat yang dipergunakan dalam upacara adat ini seperti:
1. La’bo (parang), dipergunakan untuk menyembelih hewan yang dikurbankan beserta memotong bambu.
2. Tallang (bambu), untuk membuat pondok dan memasak daging babi dengan daun pepaya.
3. Bayu lotong (baju hitam), dipakai sebagai tanda duka cita atas perginya kerabat tercinta.
4. Sambu’ lotong (sarung hitam) sama seperti baju hitam sarung juga dimaknai sebagai wujud kegelapan. Masyarakat Toraja memiliki ciri khas dalam berbusana yakni menggunakan kain sarung, sebagai tanda kesopanan.
5. Sepu’ (tas khas Toraja) berupa kain tenun yang dihiasi aksesoris dibagian ujungnya. digunakan untuk membagikan kapur, sirih, gula - gula maupun rokok kepada pelayat.
Editor: Kastolani Marzuki