Mengenal Paruki’ dan Sarita, Kain Tenun Suku Toraja yang Digunakan dalam Upacara Sakral

Sehingga dengan hanya melihat penggunaan kain Sarita pada pesta yang sedang berlangsung kita sudah dapat mengetahui bahwa orang dipestakan adalah dari keturunan bangsawan.
Corak-corak yang terdapat pada kain Sarita pun bermacam-macam serperti corak (motif) kerbau, ayam, babi, motif ukiran matahari, maupun motif Tau-tau, motif-motif tersebut melambangkan nilai tingkat sosial (Status sosial) dan kekayaan si pemilik kain.
Kain sarita tidak hanya dipakai oleh manusia, tapi juga pada hewan atau benda utama dalam upacara, seperti dilingkarkan pada kerbau dan babi yang hendak disembelih, menjadi hiasan penari, dipasang di ujung lakkean (pondok tempat orang meninggal), dipasang di tiang rumah Tongkonan, dan menjadi hiasan peti mati.
Kain sarita hanya dipasang dalam upacara rambu solo’ jika yang meninggal itu keturunan bangsawan dan syukuran diadakan di rumah Tongkonan.
Masyarakat Toraja percaya, kain sarita dapat menolak roh jahat. Itulah gunanya kain sarita sebagai penghubung antara manusia dengan nenek moyang.
Editor: Candra Setia Budi