Nenek Hawangi saat memberi makan ternak ayam peliharaannya yang tinggal serumah dengannya.(iNews/Nasrudin)

PALOPO, iNews.id – Jalan hidup manusia penuh lika-liku dan cobaan. Nenek Hawangi (87) yang semasa muda menghabiskan waktu dengan bekerja hingga lupa berumah tangga, kini menjalani hidupnya dengan kesendirian. Dia tinggal sebatang kara dalam sebuah gubuk reot dan hanya bertemankan ternak ayam peliharannya.

Tak ada penyesalan. Nenek Hawangi tetap bertahan dan berjuang hidup melawan kemiskinan yang melelitnya. Dia tak lupa bersyukur masih dilimpahi nikmat sehat dan nikmat hidup menjalani sisa hari-harinya di dunia yang fana.

Kehidupan Nenek Hawangi cukup memprihatinkan bahkan luput dari perhatian pemerintah setempat. Dia tinggal di salah satu rumah panggung berdinding kayu dan beratapkan seng di wilayah RT 2 RW 1, Kelurahan Ponjalae, Kecamatan Wara Timur, Kota Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dengan kondisi tubuh lemah yang diselimuti kulit keriput, dia masih harus mengurusi ternak ayam yang dipeliharanya dalam rumah. Beberapa ayam dia tempatkan di bagian atas rumah, sementara yang lain di bagian dapur dan tempat tidurnya. Suara ayam berkokok dan aroma kotorannya yang khas seakan sudah menjadi bagian hidup Nenek Hawangi.

Bukan hanya peliharaan, ayam-ayam itu menjadi sumber penghidupannya. Bila sudah berumur cukup, ayam itu akan dia jual ke warga. Dia akan sangat beruntung jika ada warga yang datang membeli. Artinya, dia bisa memegang uang untuk menyambung hidupnya yang penuh keterbatasan.

Lebih memprihatinkan, gubuk tempat tinggal Nenek Hawangi bersama ayamnya tidak memiliki toilet. Tak jarang, dia harus melintas desa mencari drainase yang sepi untuk buang hujat.

Meski hidup sebatang kara di bawah garis kemiskinan, Nenek Hawangi tak pernah mengeluh. Semangatnya semasa muda mencari nafkah tak pernah luntur meski dia berusia lanjut. Dia tak pernah meminta-minta dan membebani orang lain. Meski tak sekuat dulu lagi dan penglihatan serta pendengarannya telah memudar, dia tetap berusaha bekerja untuk menyambung hidupnya.

“Saya sudah puluhan tahun tinggal seorang diri, tidak memiliki suami dan anak. Dulu saya bekerja sebagai pedagang kaki lima (PKL), tapi sekarang sudah tidak kuat,” ucap Nenek Hawangi.

Tetangga sang nenek, Rachmati mengaku salut dengan perjuangan hidup Nenek Hawangi. Dia membenarkan, Nenek Hawangi tak pernah mengeluh dan menyusahkan warga. Justru warga yang terdorong datang untuk membantu melihat kegigihannya menjalani hidup. “Ada banyak warga yang datang membantu memberikan bahan makanan, kadang juga datang bantuan dari kelompok masyarakat lain,” katanya.

Nenek Hawangi menjadi salah satu potret kemiskinan yang masih menjerat sebagian masyarakat. Mereka tak bisa berbuat banyak mengubah nasib, hanya selalu bersukur atas nikmat yang diberikan Sang Pencipta.


Editor : Donald Karouw

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network