Hadits larangan marah (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Hadits larangan marah dalam agama Islam patut diketahui oleh setiap Muslim. Sebagai manusia, terkadang bisa khilaf sehingga terbakar amarah ketika berhadapan dengan sesuatu yang menguji keteguhan hati.

Meski marah adalah hal yang manusiawi, marah dalam ajaran Islam sejatinya bukanlah hal yang baik. Banyak hadits yang mengajarkan bahwa kaum Muslim hendaknya menjaga hati dan pikirannya untuk terhindar dari marah.

Marah bisa menjadi salah satu senjata setan untuk membuat manusia terjerumus. Marah adalah pintu masuk hawa nafsu yang lain sehingga memungkinkan untuk membawa keburukan yang lain.

Rasa marah adalah luapan emosi dan sifat sangat dibenci Allah SWT dan Rasulullah SAW. Karenanya, jauh lebih baik jika setiap Muslim untuk senantiasa menjaga hati dari rasa marah dengan cara bertaqwa, bersabar, bersyukur, dan cara-cara positif lain untuk menghindarinya.

Allah berfirman:

{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}

“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).

Nabi Muhammad SAW telah memberi perhatian khusus terhadap persoalan tersebut. Larangan marah sendiri telah termaktub dalam banyak hadits. Berikut adalah beberapa di antaranya.

Hadits Larangan Marah

Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam al-Munawi berkata mengenai hadits di atas. Menurutnya dalam Kitab Faidhul Qidiir, "Orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia (mampu) melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya (hawa nafsunya)."

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ 

“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya” (HR. Abu Dawud)

Diriwayatkan Imam Bukhari bahwa pernah ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan meminta wasiat. Namun, Nabi Muhammad hanya memberinya pesan untuk jangan marah.

"Dari Abu Hurairah‎‎ bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi ‎Muhammad SAW : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi ‎صلى الله عليه وسلم bersabda: “La Tagh-Dhob; Jangan marah!" (HR. Bukhari)

Maksud 'Jangan Marah' yang ditekankan oleh Rasulullah tersebut adalah agar untuk senantiasa menahan diri ketika ada sebab yang membuat marah, sampai akhirnya menjadi tidak marah lagi. Selain itu, sampai melakukan kelanjutan dari marah. Jika ada yang mau marah hingga mau mentalak istrinya, maka seseorang perlu mengingatkan dengan berkata, “Bersabarlah, tahanlah diri terlebih dahulu.”

Hadits lain juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah menjelaskan tentang keutamaan orang yang dapat menahan amarahnya. Rasulullah SAW bersabda kepada seorang sahabatnya tentang keutamaan menahan amarah adalah memperoleh surga. Beliau bersabda:

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

Artinya: "Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga."

Larangan marah menjadi sebuah wasiat dari Rasulullah SAW kepada umatnya. Bisa menahan marah juga mencerminkan kedalaman iman seseorang. 

"Barangsiapa yang menahan amarah, sedangkan dia mampu mengeluarkannya, maka Allah memenuhi rongganya dengan keamanan dan iman." (HR. Abu Dawud).

Menahan amarah akan diridhoi oleh Allah SWT. Hal itu sebagaimana termaktub dalam hadits berikut:

"Tiada suatu regukan pun yang ditelan oleh seorang hamba dengan pahala yang lebih utama selain dari regukan amarah yang ditelan olehnya karena mengharapkan ridha Allah," (Hadis ini dikisahkan oleh Ibnu Umar R.A.)


Editor : Komaruddin Bagja

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network