Tari Pakarena, Sejarah dan Maknanya
Dari legenda tersebut, masyarakat Gowa memercayai bahwa gerakan-gerakan yang ditampilkan penari merupakan gerakan penuh makna sebagai ungkapan terima kasih kepada para penghuni langit.
Kisah yang disampaikan tarian tersebut adalah kisah seorang manusia dengan penghuni langit.
Di mana, penghuni langit yang entah digambarkan sebagai dewa atau pun bidadari kayangan memberikan pelajaran kepada manusia tentang cara-cara bertahan hidup di muka bumi mulai dari cara mencari makanan di hutan hingga bercocok tanam di tanah.
Dari legenda tersebut, kemudian tumbuh kepercayaan pada masyarakat Gowa bahwa gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh para penari merupakan gerakan penuh makna sebagai ungkapan terima kasih pada para penghuni langit.
Seiring perkembangan jaman, tarian khas dari sulsel ini sangat diminati oleh masyarakat sekitar dan akhirnya membuat Tarian Kipas Pakarena menjadi salah satu media hiburan yang menarik hati para penonton.
Untuk tarian ini sendiri dibagi menjadi 12 babak, setiap gerakan memiliki makna khusus.
Posisi duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan manusia.
Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Aturan mainnya, seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar.
Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Hal ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam.
Editor: Candra Setia Budi