6 Rumah Adat Sulawesi Selatan, Ciri Khas, Fungsi, Makna dan Filosofinya
3. Balla Lompoa
Balla Lompoa merupakan rumah adat Sulawesi Selatan dan peninggalan dari Suku Makassar. Secara harfiah, Balla Lompoa ini memiliki arti rumah besar yang ditempati oleh para raja.
Balla Lompoa ini merupakan rumah adat dari kerajaan Gowa. Dan dimana, untuk bangunan dari rumah adat ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan fungsi dan nilai budayanya.
Bagian atas Balla Lompoa ini merupakan atap atau masyarakat setempat memberi nama pammakang yang berfungsi sebagai plafon atau loteng yang mana untuk melindungi rumah dari sinar matahari dan menampung tampiasan air hujan, agar tidak masuk ke dalam rumah.
Bagian tengah rumah adat Balla Lompoa disebut dengan kale balla yang berfungsi sebagai badan rumah , untuk tempat tidur, berkumpul dan bermusyawarah, makan dan lain sebagainya.
Bagian bawah rumah atau passiringang berfungsi untuk menaruh kendaraan atau bagasi. Dan ketiga bagian rumah adat tersebut menunjukkan falsafah hidup suku Makassar yakni Sulapa Appa.
Sulapa appa ini memiliki pandangan bahwa alam semesta secara horizontal bersegi empat yang direfleksikan pada struktur bangunan yang ada pada rumah adat Balla Lompoa ini.
Secara vertikal konsep arsitektur tradisional Makassar memiliki pandangan bahwa alam terdiri dari tiga bagian yaitu atas, tengah, dan bawah. Falsafah ini direfleksikan dalam bentuk rumah tradisional yang terdiri atas ulu balla, kale balla, dan passiringan , yang mana mereka memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan letak dari bagian mereka pada rumah adat.
Makna filosofi ini terlihat pula pada bentuk ulu balla yang berbentuk prisma segitiga. Pemaknaan angka tiga melambangkan stratifikasi sosial masyarakat Makassar yang terdiri dari bija karaeng (raja dan keturunannya), to maradeka (rakyat biasa), serta ata (hamba sahaya).
4. Rumah Adat Langkanae Luwu
Rumah adat Langkanae Luwu merupakan rumah adat khas suku Luwu yang berbentuk rumah panggung dan memiliki ukuran persegi panjang. Arsitekturnya terdapat beberapa tiang utama penyangga atau biasa disebut dengan pim posi' atau posi bola
Rumah ini memiliki 4 komponen sebagai salah satu nilai budaya dan kepercayaan dari suku Luwu sendiri yakni air, udara, angin, dan juga tanah.
Empat komponen ini juga diartikan sebagai karakter pada diri manusia, yaitu tanah sebagai kesabaran, api sebagai amarah, air sebagai kekuatan, dan angin sebagai keserakahan. Dari keempat unsur ini sebagai unsur pembangun dan harus seimbang dalam kehidupan.
Keempat kepercayaan tersebut menjadi falsafah hidup dan nilai budaya yang kental dengan suku Luwu. Rumah adat ini memiliki 3 bagian utama seperti rumah adat Sulawesi Selatan yang lain yakni bagian atas, bagian tengah serta bagian bawah.
Bagian atas atau Rakkeang digunakan untuk menaruh barang berharga seperti hasil bumi, perhiasan, kemudian untuk ruangan atau kamar anak gadis, serta untuk menaruh hewan peliharaan seperti kucing. Di bagian tengah atau alle bola digunakan sebagai ruangan untuk perjamuan, penyimpanan barang pusaka dan juga untuk ruangan raja dan permaisuri.
Di bagian bawah rumah atau sullu digunakan sebagai tempat menaruh peralatan berladang dan juga alat untuk melaut. Juga untuk menaruh berbagai kendaraan yang digunakan oleh suku Luwu.
Editor: Kastolani Marzuki