3 Kecamatan di Maros Kekeringan akibat Musim Kemarau, Sektor Pertanian Terdampak
MAROS, iNews.id – Sebanyak tiga kecamatan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) terancam mengalami kekeringan akibat musim kemarau. Kondisi ini mengancam sektor pertanian dan kebutuhan air bersih masyarakat.
"Pada musim kemarau, beberapa kecamatan di Maros mengalami kekeringan sehingga mempengaruhi sektor pertanian dan kebutuhan air bersih warga," kata Ketua Kelompok Tani Kecamatan Bontoa, Syamsuddin di Kabupaten Maros, Minggu (5/9/2020).
Ketiga kecamatan tersebut yakni Bontoa, Lau dan Maros Baru. Warga harus mengeluarkan uang sekitar Rp1.500 untuk membeli air bersih per jerigen.
Sementara untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK), warga terpaksa menggunakan air sumur kubangan yang airnya asin. Itu pun mereka harus melalui antrean panjang.
“Semua warga ke sumber air yang tersisa, yang jumlahnya sangat terbatas,” katanya.
Sementara Wakil Bupati Maros, Harmil Mattotorang mengakui, sebagian warga dari 14 kecamatan kesulitan air bersih dan air irigasi untuk pertanian pada musim kemarau. Kondisi itu selalu berulang pada saat kemarau.
“Kami melalui Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Maros secara berkala menyalurkan air bersih dengan menggunakan mobil-mobil tangki ke titik yang mengalami kekeringan,” katanya.
Sementara itu, dari data Dinas Pertanian setempat, luasan tanam di Kabupaten Maros mencapai kurang lebih 26.205 hektare. Sementara target luas tanam 2020 yaitu 11,66 juta hektare yang diproyeksikan menghasilkan 33,6 juta ton beras.
Namun dengan adanya musim kemarau beberapa bulan terakhir, ditambah BMKG Maros yang memperkirakan daerah ini baru memasuki musim hujan pada awal November 2020, maka otomatis target luas tanam 2020 akan mengalami kendala.
Hal itu diakui, petani di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros Muh Ali. Menurutnya, pada musim kemarau seperti ini, biasanya sawah yang ditanami padi dialihkan untuk ditanami palawija.
“Namun kali ini, untuk menanam palawija seperti kacang hijau dan kacang tanah tidak dilakukan karena minimnya air untuk menyiram tanaman,” katanya.
Editor: Umaya Khusniah