JAKARTA, iNews.id - Fakta menarik Kota Parepare salah satunya adalah merupakan tempat kelahiran Presiden Republik Indonesia (RI) ke-3 yakni Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie. Parepare sebuah kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kota Parepate memiliki luas wilayah 99,33 km2 dan berpenduduk sebanyak 152.992 jiwa pada tahun 2021.
Kota Parepare terletak di sebuah teluk yang menghadap ke Selat Makassar. Di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru.
Meskipun terletak di tepi laut tetapi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit.
Selain kota kelahiran Presiden ke-3, apa lagi fakta menarik Kota Parepare?
Kota kelahiran BJ Habibie
Kota Parepare merupakan tempat kelahiran Presiden RI ke-3, BJ Habibie. Dia lahir di Parepare pada tanggal 25 Juni 1936.
Habibie merupakan presiden RI pertama yang lahir bukan dari Pulau Jawa, dan merupakan presiden pertama di era Reformasi.
Sebelum jadi presiden, Habibie merupakan wakil presiden ke-7 yang mendampingi masa jabatan terakhir Presiden Soeharto. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Wilayah perbukitan
Sebelum menjadi Kota Parepare, awalnya kota ini adalah wilayah perbukitan. Dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar yang diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring sebagai tempat yang pada keseluruhannya tumbuh secara liar tidak teratur, mulai dari utara (Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota.
Kemudian dengan melalui proses perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran itu dinamakan Kota Parepare. Wilayah Kota Parepare terbagi dalam 4 Kecamatan dengan jumlah Kelurahan definitif sebanyak 22 kelurahan.
Suku Bugis
Suku yang mendiami Kota Parepare ini adalah suku bugis dan bahasa yang digunakan adalah bahasa bugis, dengan mayoritas penduduk beragama Islam.
Penduduk Kota Parepare terdiri dari beragam etnis, mulai dari Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, Tionghoa, dan sebagainya.
Berawal lontaran anak raja
Kota Parepare berawal dari sekitar abad XIV seorang anak Raja Suppa meninggalkan istana dan pergi ke selatan mendirikan wilayah tersendiri pada tepian pantai karena hobbynya memancing.
Wilayah itu kemudian dikenal sebagai kerajaan Soreang, kemudian satu lagi kerajaan berdiri sekitar abad XV yakni Kerajaan Bacukiki.
Dalam satu kunjungan persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tonapaalangga (1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang.
Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan pemandangan yang indah pada hamparan ini dan spontan menyebut “Bajiki Ni Pare” artinya “Baik dibuat pelabuhan Kawasan ini”.
Sejak itulah melekat nama “Parepare” Kota Pelabuhan. Parepare akhirnya ramai dikunjungi termasuk orang-orang melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Monumen 40.000 jiwa
Fakta menarik di Kota Parepare yakni adanya monumen korban 40.000 Jiwa. Monumen ini didirikan untuk mengenang pembantaian rakyat Sulawesi Selatan.
Pembantaian tersebut dilakukan oleh serdadu Belanda, di bawah pimpinan Kapten KNIL Raymond Paul Pierre Westerling. Aksi ini mulai dilakukan pada tanggal 11 Desember 1946, dan menewaskan banyak korban yang mencapai 40.000 jiwa.
Editor : Candra Setia Budi
Artikel Terkait