Penjelasan BMKG soal Curah Hujan Tinggi yang Picu Banjir Bandang di Luwu Utara

JAKARTA, iNews.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan banjir bandang yang menerjang Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) dipicu akibat tingginya curah hujan di wilayah itu.
Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari mengatakan, Luwu Utara merupakan salah satu daerah di Sulsel yang curah hujannya tinggi sepanjang tahun.
“Curah hujan kalau kita meninjau di Luwu Utara, Luwu Utara adalah daerah yang curah hujannya hampir tinggi sepanjang tahun,” kata Indra dalam Konferensi Pers penanganan banjir bandang Luwu Utara, Sulawesi Selatan di Media Center BNPB, Jakarta (19/7/2020).
Indra mengatakan, Luwu Utara merupakan wilayah yang berada di zona hitam yang artinya adalah curah hujan harian per 10 hari.
Di mana hampir sepanjang tahun curah hujannya di atas 50 mm. “Dan memang secara ketika ada event di mana contoh fenomena global, curah hujannya bisa turun. Tetapi secara rata-rata di atas 50 mm,” ujarnya.
Indra mengatakan sebenarnya curah hujan di Luwu Utara pada 13 Juli saat terjadi banjir cenderung rendah. Namun, pada hari-hari sebelumnya curah hujan cenderung tinggi.
“Pada kasus kemarin tanggal 13 Juli, sebenarnya curah hujan yang diamati dari titik pengamatan di permukaan itu tidak tinggi di 13 Juli, berada pada kriteria rendah ya, di bawah 50 mm dalam 10 hari,” katanya.
“Tetapi curah hujan sebelumnya tanggal 12 Juli itu sudah tinggi diatas 50 mm dalam 10 hari. Jadi curah hujan atau banjir di Masamba ini bukan hanya diakibatkan oleh hujan yang turun pada tanggal 13 Juli tetapi juga masih dari hujan yang turun di hari-hari sebelumnya,” paparnya.
Hal ini, kata Indra, sebagian besar wilayah Indonesia khususnya yang bagian selatan ekuator berada pada periode musim kemarau.
“Tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua, kenapa pada saat ini ada daerah yang masih curah hujannya tinggi ekstrim bahkan banjir? Bahwa luasnya wilayah kita itu berakibat pada pola cuaca dan iklimnya tidak seragam. Artinya apa walaupun musim kemarau tidak semua daerah Indonesia itu berada pada periode kemarau,” katanya
Editor: Kastolani Marzuki