get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral Pengibaran Bendera KNPB, Ini Penjelasan Komandan Kodim Gowa

Pengamat Politik: Calon Kepala Daerah di Soppeng-Gowa Berpotensi Lawan Kotak Kosong

Jumat, 14 Agustus 2020 - 12:08:00 WITA
Pengamat Politik: Calon Kepala Daerah di Soppeng-Gowa Berpotensi Lawan Kotak Kosong
Ilustrasi pemilih hendak memasukkan kertas suara di kotak suara saat Pemilu 2019 lalu. (Dok Antara)

MAKASSAR, iNews.id - Pengamat politik menilai dua pasangan bakal calon kepala daerah di Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), berpotensi akan melawan kotak atau kolom kosong. Pasalnya, hingga kini belum ada tanda-tanda kemunculan penantang pada Pilkada Serentak 9 Desember 2020.

Kedua pasangan tersebut, yakni Andi Kaswadi Razak-Lutfi Halide yang akan berlaga di Kabupaten Soppeng. Kemudian, Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo-Abdul Rauf Malanganni di Kabupaten Gowa. Kedua kandidat ini petahana.

"Situasi Pilkada Gowa dan Soppeng memang kurang menggembirakan," ujar pengamat politik dan pemerintahan dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Andi Luhur Prianto di Makassar, Kamis (13/8/2020).

Luhur mengatakan, tujuan dari pilkada langsung sebenarnya membuka akses seluas-luasnya bagi warga negara untuk berkompetisi memperebutkan formasi jabatan-jabatan publik. Karena itu, warga tidak menghendaki penumpukan kekuasaan di satu kelompok saja.

"Situasi di Soppeng dan Gowa terjadi karena kegagalan kelompok penantang mengonsolidasi kekuatan melawan kelompok petahana. Bahkan, penantang lebih memilih bergabung ke petahana," ujar dosen Fisip Unismuh Makassar ini.

Dengan pilihan yang terbatas itu, tentu golongan putih (golput) ideologis punya alasan untuk tidak hadir di tempat pemungutan suara (TPS) meskipun level kesadaran bagi pemilih untuk hadir di TPS masih lebih dominan. Apalagi kalau ditambah mobilisasi dari penyelenggara atau pemerintah berjalan optimal.

"Pasangan calon tunggal tetap tidak bisa langsung berpesta seperti 'pemenang yang mabuk'. Tetap waspada. Sebab, pertarungan sebenarnya masih tetap terjadi di bilik suara. Kekuatan infrastuktur politik calon tunggal tidak boleh terlena dengan situasi ini," ujarnya.

Dia mengatakan, bercermin pada pengalaman Pemilihan Wali Kota Makassar 2018 lalu, kalau kekuatan pendukung kotak kosong betul-betul bisa terkonsolidasi, maka tidak mudah bagi calon tunggal untuk memenangkan kontestasi. Apalagi jika mereka mampu membangun strategi viktimisasi atau psikologis korban pada para pemilih.

Tantangan calon pasangan tunggal bersifat internal dan eksternal. Secara internal, psikologis pemenang yang seolah berada di atas angin bisa berbahaya, jika kekuatan pendukung kotak kosong semakin terkonsolidasi.

"Secara eksternal, pembagian dan distribusi tugas-tugas elektoral di koalisi partai besar, kalau tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dominasi dan marginalisasi. Harus ada pembagian kerja proporsional di antara para pendukungnya," kata Luhur.

Pengamat politik lain dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Firdaus Muhammad mengatakan, potensi kandidat tunggal melawan kolom kosong cukup besar. Prediksi itu memang bisa saja terjadi selama belum ada kandidat yang bertarung melawan.

"Bila melihat pasangan kandidat di Soppeng (Kaswadi-Lutfi) telah menyatu bahkan intens melaksanakan sosialisasi sampai mendominasi di daerahnya, tentu figur lain akan berpikir. Mereka lebih memilih tidak maju karena melihat kekuatan mereka," kata Firdaus.

Meski demikian, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UINAM itu menilai potensi kemenangan Kaswadi-Lutfi melawan kolom kosong cukup besar. Selain karena Kaswadi berstatus petahana dan dianggap berhasil membangun Soppeng, dia juga memiliki infrastruktur yang matang didukung dengan koalisi partai politik.

"Tidak hanya kinerjanya selama ini menjadi bupati yang mendapat apresiasi, peluang menang juga ada karena banyak faktor pendukung, baik parpol maupun masyarakat di sana. Namun, semua bisa saja berubah tergantung kondisi peta politik di daerah masing-masing," katanya.

Sejauh ini, pasangan Kaswadi-Lutfi telah diusung sejumlah parpol melalui rekomendasi. Parpol itu di antaranya Golkar yang memiliki 12 kursi di DPRD Soppeng, disusul NasDem lima kursi, Gerindra tiga kursi, PAN dan PKB satu kursi, dan terbaru PDIP lima kursi.

Sisanya Partai Demokrat yang memiliki tiga kursi juga dikabarkan akan merapat ke pasangan ini. Bila diakumulasi, pasangan ini telah memborong habis semua partai.

"Iya, kemungkinan mengarah ke sana (kolom kosong). Tapi masih ada Demokrat belum menyerahkan dukungannya," ujar Kaswadi, saat menerima rekomendasi di Kantor PDIP Sulsel di Makassar belum lama ini.

Dia optimistis menang meskipun melawan kotak kosong. Ini mengingat pengalaman di Pilkada Kota Makassar 2018 yang memenangkan kolom kosong.

"Tidak menjadi masalah, kami tetap optimistis, meski syarat menang 50 persen plus satu suara. Jangan disamakan Soppeng dengan Makassar. Jelasnya kita optimislah," ujar Kaswadi.

Pasangan petahana Adnan Purichta Ichsan-Abdul Rauf Malaganni di Kabupaten Gowa, juga telah memborong delapan parpol, yaitu Partai NasDem, PKB, PPP, PDIP, Partai Golkar, Partai Perindo, dan Partai Demokrat. Baru-baru ini PAN juga memberikan rekomendasi. Namun, masih ada parpol yang tersisa belum menyatakan dukungan, yaitu Partai Gerindra dan PKS.

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut