get app
inews
Aa Text
Read Next : Duel Maut di Bone Sulsel, 1 Orang Tewas Ditikam Badik saat Cekcok di Jalan

Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, Sang Mantan Pengawal Bung Karno

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 08:26:00 WITA
Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, Sang Mantan Pengawal Bung Karno
Kahar Muzakkar, pemimpin pemberontak DI/TII di Sulawesi Selatan. (Foto : YouTube)

JAKARTA, iNews.id - Peristiwa pemberontakan besar pernah terjadi di Sulawesi Selatan di awal masa kemerdekaan. Peristiwa ini dikenal sebagai Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin Kahar Muzakkar.

Dia memimpin kelompok gerakan yang bernama Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan melakukan berbagai kekacauan di Sulawesi Selatan.

Kahar Muzakkar bernama lengkap Abdul Kahar Muzakkar atau Abdul Qahhar Mudzakkar dengan nama kecil La Domeng yang lahir pada 24 Maret 1921 di Kabupaten Luwu. Dia pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi yang tewas ditembak pada Hari Idul Fitri 3 Februari 1965 oleh pasukan Siliwangi.

Mantan pengawal Presiden Soekarno ini pada awal tahun 1950-an memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Tenggara dengan mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) yang kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI). Kemudian dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Pemberontakan Kahar Muzakkar didasari rasa kekecewaanya karena banyak anggota KGSS yang tidak diterima menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).

Awalnya, Kahar Muzakkar meminta agar seluruh personel KGSS menjadi bagian dari APRIS. Namun, hal ini ditolak dengan alasan pemerintah hanya menerima anggota APRIS yang memenuhi persyaratan saja.

Merespon hal tersebut, Kahar Muzakkar pun melakukan pemberontakan dua tahap. Pada tahun 1950 hingga 1952 merupakan tahap pemberontakan pertama. Kemudian tahun 1953 hingga 1965 merupakan pemberontakan kedua. 

Dengan demikian, pemberontakan DI/TII yang dipimpin Kahar Muzakkar dilatarbelakangi oleh banyaknya anggota KGSS yang tidak diterima menjadi APRIS.

Kahar awalnya mengirim surat pada pemerintah agar segenap barisan KGSS dimasukkan ke dalam APRIS dengan mengambil nama 'Brigade Hasanuddin' sebagai respons pemerintah yang ingin membubarkan KGSS pasca-revolusi kemerdekaan selesai.

Namum tuntutan itu ditolak mentah-mentah Presiden Soekarno. Alasannya, mayoritas anggota KGSS tak memenuhi syarat sebagai tentara yang profesional. Hanya segelintir yang lolos dalam saringan perekrutan APRIS.

Pemerintah hanya bersedia memasukkan eks KGSS ke dalam Korps Cadangan Militer. Hal itu tentu tak sesuai harapannya. Di situlah kekecewaan Kahar memuncak.

Gerakan pasukannya berkekuatan sekitar 15.000 pengikut mengatasnamakan agama dan sepak terjangnya lebih kepada melancarkan teror kaum aristokrat serta para bangsawan yang bertentangan dengannya.

Memasuki tahun 1965, pasukan Kahar mulai terdesak. Pada 3 Februari, Kahar disergap pasukan Siliwangi dari Batalyon 330 Kujang I, tepatya di tepi Sungai Lasolo, Kendari. Kahar ditembak Kopral Sadeli dan langsung tersungkur tewas. Juli 1965, seluruh pengikutnya menyerahkan diri di Gerungan.

Tapi ada beragam spekulasi soal Kahar, terlebih jenazah dan kuburannya tak pernah diungkap. Pangdam Hassanudin ketika itu, Kolonel Jusuf yang membawahi Operasi Kilat tak pernah mau buka mulut soal jenazah dan pusara Kahar Muzakkar.

Ada berbagai rumor soal Kahar, mulai dari jenazahnya dibawa ke Jakarta, dimakamkan di Kendari, dikebumikan dekat Bandara Makassar sampai rumor yang menyatakan dia sebenarnya masih hidup.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut