Miris, Ibu Hamil Hendak Melahirkan Ditandu Sejauh 8 Km karena Jalan Rusak
LUWU UTARA, iNews.id - Seorang ibu hamil, Majur Abu (42) warga Desa Taloto, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang hendak melahirkan anak ketiga terpaksa ditandu sejauh delapan km menuju puskesmas. Hal itu terjadi karena kondisi jalan rusak dan tidak bisa dilalui kendaraan.
warga Desa Taloto, Yusias Tombena mengatakan, awalnya ibu hamil itu hendak melahirkan normal. Namun, saat memasuki bukaan keempat, ketubannya pecah sehingga harus mendapat layanan kesehatan memadai demi menyelamatkan nyawa ibu dan anak.
"Keluarga didampingi bidan desa memutuskan merujuk pasien ke puskesmas. Karena akses jalan yang belum bisa dilalui kendaraan roda empat, ibu hamil itu terpaksa ditandu sejauh 8 km menuju puskesmas di desa padang balua," katanya, Rabu (12/4/2023).
Setelah beberapa saat mendapat layanan medis di puskemas, sambungnya, kondisi kesehatan pasien semakin menurun hingga harus dirujuk ke rumah sakit agar mendapat perawatan dengan fasilitas memadai.
Karena akses jalan darat sangat buruk dan jauh, ibu hamil itu lalu diterbangkan ke Rumah Sakit Andi Djemma Masamba menggunakan pesawat perintis Susi Air.
Dia mengaku, kejadian warga ditandu saat melahirkan di desanya sudah terbiasa. Hal itu karena kondisi jalan yang belum memungkiknkan.
"Bukan hal yang lazim bagi kami warga Seko. Kami sudah terbiasa ketika warga dari desa untuk mendapat pelayanan puskemas selalu ditandu karena jalan masih tanah. Saat musim hujan, maka jalan rusak tidak bisa dilalui" ungkapnya.
Diketahui, kasus tandu pasien dari wilayah Kecamatan Seko bukan kali pertama, dalam dua bulan terakhir kasus tandu pasien ini sudah tiga kali terjadi.
Bahkan, seorang ibu dan anaknya meninggal dunia pascaditandu dari Seko menuju Masamba melalui jalur darat selama 17 jam dengan jarak tempuh 80 km.
Wilayah Seko di Kabupaten Luwu Utara, Sulsel merupakan salah satu kecamatan di Sulsel yang masih terisolir. Akses jalan buruk membuat harga ojek ke wilayah itu mencapai Rp1 juta sekali jalan.
Di ibu kota Kecamatan Seko terdapat Bandara Rute Masamba. Namun, pesawat perintis hanya melakukan penerbangan empat kali dalam seminggu. Jumlah penumpang juga sangat terbatas karena hanya bisa angkut 8 orang.
Kondisi ini membuat 15 ribu warga yang ada di 12 desa di Kecamatan Seko masih mengandalkan jalur darat menggunakan motor untuk menuju ke wilayah lain. Tentunya harus melewati jalan berlumpur ketika hujan turun dan hutan belantara yang penuh resiko.
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dan pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat, dapat membenahi jalan sehingga masyarakat dapat mendapatkan akses pelayanan publik.
Editor: Candra Setia Budi