9 Kebudayaan Lokal Sulawesi Selatan, Salah Satunya Uang Panai
JAKARTA, iNews.id - Kebudayaan lokal Sulawesi Selatan jadi informasi yang menarik untuk diulas kali ini. Provinsi yang ada di ujung utara Indonesia ini dikenal memiliki beragam kekayaan yang tak banyak orang ketahui.
Provinsi yang identik dengan kawasan pantainya ini rupanya memiliki beragam kebudayaan lokal yang unik. Salah satunya adalah uang panai yang acap kali menjadi hal wajib bagi mereka yang ingin menggelar acara pernikahan.
Lebih dari itu, banyak kebudayaan lokal unik lainnya yang patut kita ketahui. Mari simak penjelasan kebudayaan lokal Sulawesi Selatan yang dilansir dari berbagai sumber, Kamis (12/9/2024), berikut ini.
Mattompang Arajang merupakan sebuah ritual adat Sulawesi Selatan yang masih lestari. Ritual ini dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Bone dan masyarakat setiap tahunnya dengan menyucikan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Bone.
Tak hanya ritual, Mattompang Arajang juga jadi cara untuk melestarikan kebudayaan dari Kerajaan Bone.
Adapun, benda-benda warisan Kerajaan Bone yang akan dicuci, di antaranya teddung pulaweng (payung emas), sembangeng pulaweng (selempang emas), kalewang La Tea Riduni (parang). Selain itu, ada juga keris La Makkawa, Tombak La Sagala, Kelewang Alameng Tata Rapeng (senjata adat tujuh atau ade' pitu).
Ma'nene merupakan salah satu tradisi yang masih kerap dilakukan oleh Suku Toraja di Sulawesi Selatan. Tradisi ini dilakukan dengan cara membersihkan jenazah yang telah meninggal puluhan bahkan ratusan tahun atau yang telah berbentuk mumi.
Berbagai rangkaian dalam tradisi Ma'nene ini, diantaranya ziarah makam, membuka peti jenazah, dan mengganti pakaian para leluhur yang sudah meninggal. Jika pakaian sudah diganti, nantinya jenazah akan dijemur selama beberapa waktu sebelum akhirnya dimasukkan kembali ke dalam peti.
Accera kalompoang adalah upacara adat masyarakat Sulawesi Selatan untuk membersihkan benda-benda pusaka kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Upacara ini dilaksanakan setiap hari raya Idul Adha selama dua hari berturut-turut.
Tradisi yang dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Adha selama dua hari berturut-turut ini dengan tujuan sebagai persembahan untuk Kerajaan Gowa. Hari pertama pada prosesi ini meliputi pemotongan kerbau, barazanji, dan pemanggilan roh para leluhur.
Lalu, pada hari kedua dilakukan pengambilan air di sumur tua yang terletak di Katangka, Gowa. Air itu nantinya akan diarak masyarakat dengan menggunakan pakaian adat.
Akkud-kudu jadi salah satu kebudayaan lokal Sulawesi Selatan yang masih lestari hingga saat ini. Tradisi yang hampir mirip dengan tradisi appalili ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen padi yang melimpah.
Tradisi Akkudu-kudu ini masih dilaksanakan di berbagai daerah di Sulawesi Selatan, sebuh saja daerah Sapayya, Kabupaten Gowa, dan Kecamatan Bungaya.
A'rate' merupakan salah satu tradisi di Sulawesi Selatan yang dilaksanakan dengan cara membaca kitab Barazanji di bulan Rabiul Awal atau tepatnya pada hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Allaihi Wassalam.
Tradisi yang dilakukan oleh kaum laki-laki berusia muda dan tua ini masih bisa kita temukan di berbagai daerah di Sulawesi Selatan, seperti Gowa dan Kabupaten Takalar.
Masoppo Bola merupakan sebuah tradisi yang telah turun temurun dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Bone. Tradisi ini dilakukan dengan cara memindahkan rumah yang terbuat dari kayu secara gotong royong.
Tradisi yang dilaksanakan setelah sholat Jumat ini diawali dengan makan bersama. Itu dilakukan dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar anggota masyarakat dan menambah kekuatan.
Apalili merupakan salah satu tradisi lokal yang bisa ditemukan di Sulawesi Selatan. Tradisi ini dilakukan sebelum menanam padi. Tujuan dilakukannya tradisi ini adalah agar terhindar dari kerusakan selama masa tanam.
Sebelum melaksanakan tradisi Apalili, tokoh tani dan tokoh masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk menentukan tanggal pelaksanaannya.
Budaya Tabe' adalah sikap sopan santun dan saling menghargai yang mesti dimiliki oleh setiap masyarakat Sulawesi Selatan. Nilai-nilai moral yang terdapat pada budaya ini adalah sipakatau (Tidak membeda-bedakan), sipakalebbi (Saling menghormati), dan sipakainge (Saling mengingatkan).
Uang panai jadi hal yang wajib pada tradisi pernikahan Suku Bugis-Makassar. Adapun, uang panai merupakan uang diberikan oleh pihak mempelai pria kepada keluarga wanita sebagai biaya pernikahan.
Meski begitu, masih banyak yang salah mengartikan uang panai merupakan uang mahar. Pada nyatanya, uang panai dan uang mahar memiliki kedudukan yang berbeda dalam tradisi suku Bugis-Makassar.
Demikian ulasan mengenai kebudayaan lokal Sulawesi Selatan. Semoga bermanfaat!
Editor: Komaruddin Bagja