4 Buaya Muara Hasil Tangkapan Warga di Konawe Selatan Dievakuasi Petugas BKSDA, 2 Sudah Mati
KENDARI, iNews.id - Empat ekor buaya muara hasil tangkapan warga Desa Lalonggombu, Kecamatan Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra) dievakuasi petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra. Dua dari empat buaya itu ada yang sudah mati.
Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie mengatakan, warga Desa Lalonggombu menangkap empat buaya muara (Crocodylus porosus) pada 30 Desember 2022 lalu.
Buaya itu, kata dia, ditangkap karena menimbulkan keresahan warga di Desa Lalonggombu.
Dia mengatakan, pihaknya mengevakuasi buaya itu setelah menerima laporan dari pejabat kepolisian setempat.
"Penangkapan empat ekor buaya itu dibantu dua orang pawang buaya yang didatangkan dari Sulawesi Selatan atas inisiatif warga," katanya, Senin (2/1/2023).
Setelah menerima laporan mengenai penangkapan buaya muara di Desa Lalonggombu, sambungnya, pihaknya langsung mengerahkan petugas dan perlengkapan untuk mengevakuasi buaya-buaya tersebut.
Bukan itu saja, pihaknya juga berkoordinasi dengan pengelola Balai Taman Nasional Rawa Aopa Warumohai di Kabupaten Konawe Selatan untuk mempersiapkan lokasi pelepasliaran buaya.
Tim BKSDA yang meliputi 10 orang berangkat dari Kota Kendari menuju ke Desa Lalonggombu untuk mengevakuasi buaya tangkapan warga.
Saat tim tiba di lokasi, dua dari empat buaya muara yang ditangkap warga sudah mati. Tim BKSDA kemudian mengevakuasi dua buaya jantan yang masih hidup ke Taman Nasional Rawa Aopa.
Dia menyebut, konflik buaya dengan manusia utamanya terjadi karena kerusakan habitat buaya.
Alih fungsi lahan di daerah muara sungai menjadi kawasan permukiman atau tambak telah mempersempit habitat buaya sehingga mereka kesulitan mendapat mangsa.
"Hutan-hutan yang ada di sekitar muara sungai itu, yang didiami pakan-pakan buaya muara, jadi hilang, sehingga tidak ada lagi ketersediaan pakan untuk buaya muara," katanya.
Kondisi yang demikian memaksa buaya keluar dari habitat mereka untuk mencari mangsa dan kadang sampai masuk ke daerah permukiman penduduk.
Editor: Candra Setia Budi