WAJO, iNews.id - Banjir di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel), hingga kini meluas dan merendam ribuan rumah di 11 kecamatan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wajo telah menaikkan status siaga bencana menjadi tanggap darurat bencana yang berlaku selama 14 hari ke depan.
Dari pendataan Pemkab Wajo, ke-11 kecamatan di Wajo yang terendam banjir yakni, Kecamatan Sabbangparu, Tempe, Belawa, Bola, Takkalalla, Sajoanging, Majauleng, Pammana, Tanasitolo, Keera dan Pitumpanua. Banjir berdampak terhadap ribuan warga.
“Hari ini sudah ada 11 dari 14 kecamatan di wilayah Kabupaten Wajo yang terendam banjir sehingga kami menetapkan status tanggap darurat bencana sejak kemarin tanggal 7,” kata Bupati Wajo, Amran Mahmud, saat konferensi pers, Senin (8/6/2020).
Amran mengatakan, dengan penetapan status tersebut, maka Pemkab Wajo segera mendistribusikan bantuan kepada warga korban banjir. Pemerintah telah mempersiakan bantuan sembako dan bambu.
“Sebenarnya selama ini, bantuan bukan terlambat, cuma persyaratan untuk menditribusikan harus dipenuhi. Setelah masa tanggap darurat bencana ini, maka pendistribusian bantuan sudah memenuhi ketentuan, persyaratan yang ada,” katanya.
Dia mengatakan, sebelumnya pada Sabtu (6/6/2020) kemarin, Pemkab Wajo juga sudah menyalurkan bantuan air bersih ke permukiman yang banjir. Pemerintah juga menyiapkan beberapa titik pendistribusian air bersih melibatkan petugas pemadam kebakaran (damkar) dan PDAM. “Kami juga distribusikan air mineral untuk kebutuhan rumah tangga,” ujarnya.
Dari pantauan iNews Senin sore, ketinggian banjir di sejumlah wilayah bervarias, dari 50 cm hingga 2 meter. Banjir bandang di Wajo dipicu kiriman air dari sembilan kabupaten tetangga. Luapan air membuat Danau Tempe dan Sungai Walane meluber ke permukiman warga.
Menurut salah satu warga korban banjir, ketinggian banjir terus meningkat. Warga saat ini sangat membutuhkan bantuan air bersih dan makanan. Warga berharap setelah Pemkab Wajo menetapkan bencana ini sebagai tanggap darurat, bantuan segera turun.
“Saat ini kami membutuhkan sembako dan bambu. Tapi sampai sekarang pemerintah belum ada memberikan bantuan dan menentukan tempat mengungsi. Untuk sehari-hari, kami juga jalan kaki melewati banjir setinggi dada kalau tidak ada perahu,” katanya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait