SENGKANG, iNews.id - Banjir masih merendam lima kelurahan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel), dengan tinggi muka air sekitar 1,7 meter. Warga kini mengandalkan perahu sebagai sarana transportasi mereka.
Kondisi ini seperti ini sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir sejak April 2020 lalu. Warga melewati sejumlah momen mulai dari puasa Ramadan, Idul Fitri yang bersamaan dengan pandemi Covid-19 hingga Idul Adha dan HUT ke-75 RI, dalam keadaan terkepung banjir.
Tinggi air paling parah pada Juli lalu, mencapai lima meter lebih. Banyak rumah penduduk yang terendam air hingga bagian atapnya. Ribuan warga mendatangi posko pengungsian, karena rumah mereka tak bisa lagi dihuni.
Banjir ini disebabkan meluapnya Sungai Walenae dan Danau Tempe karena tingginya curah hujan dan air kiriman dari daerah tetangga. Warga mengakui, kondisi banjir tahun ini yang paling parah dari sebelum-sebelumnya, karena sampai tiga bulan lamanya air tak kunjung surut.
Saat ini banjir sudah mulai surut. Namun tinggi muka air masih tinggi, berkisar 1,7 meter. Warga masih mengandalkan perahu untuk masuk ke sejumlah permukiman warga yang terendam air.
"Kesulitan kita sekarang ya ini, transportasi," kata seorang warga, Bahar, di Kabupaten Wajo, Sulsel, Selasa (18/8/2020).
Untuk bantuan, kata dia, banyak sumbangan dari pemerintah, donatur dan pihak swasta. Namun warga tentu masih membutuhkan uluran tangan terus menerus sampai banjir tak lagi menggenangi wilayahnya dan mereka kembali beraktivitas normal.
"Pasti masih butuh terus, seperti kebutuhan pokok," ujar dia.
Editor : Andi Mohammad Ikhbal
Artikel Terkait