Puisi menyambut bulan Ramadhan (Foto: Pexels)

JAKARTA, iNews.id - Puisi menyambut bulan Ramadhan berikut ini bisa jadi referensi siswa yang ingin mengikuti lomba membaca puisi. Bulan suci Ramadhan merupakan salah satu bulan yang selalu dinantikan oleh seluruh umat Muslim.

Sebab, di bulan ini setiap ibadah yang dilakukan akan mendapatkan pahala berlipat ganda dari Allah.

Berbagai cara bisa dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan, salah satunya adalah lewat puisi menyambut Ramadhan yang menyayat hati dan penuh makna. 

Kumpulan puisi menyambut bulan Ramadhan berikut ini mungkin bisa jadi referensi bagi kamu, Sabtu (15/2/2025). 

Puisi Menyambut Bulan Ramadhan

1. Bayang-bayang Cinta Ramadhan


Oleh: Hidayatullah


Saat nafas ini masih menghembus

Ku ingat akan kedatanganmu

Aku sapa engkau

Dengan kelembutan kerinduanku

Padamu


Kini penantian itu kian dekat

Meski engkau tak melihat

Siapa yang menyapamu

Hamba-hamba itu memendam rindu


Rajab kemarin tlah berlalu

Berpesan akan

Perjumpaanmu

Padaku yang kasmaran dengan rindumu


Sya'ban telah memulai

Dalam amal dan latihan

Sambil berharap

Itulah awal persiapanku

Menyambut kehangatanmu


Perjumpaan itu semakin dekat

Namun rasa was-was dan khawatir

Tiap waktu bergelayut dalam

bayang-bayang rindu itu


Ku tak tau

Akankah Dia ridho dengan niat

Hamba-Nya ini

Yang tuk ke sekian kali

Bersimpuh dalam doa


Kini penantian itu terus dibayang-bayangi

Oleh aura bertemu denganmu

Dan kematian yang akan memupus

Di persimpangan jalan


Apapun yang terjadi

Diri ini ikhlas, ridho dan penuh kepasrahan

Semoga Dia tetap menerima niatku

Untuk beramal dan bersua denganmu

Dalam ridho dan kasih-Mu

Oh Ramadhanku...


2. Bila Ramadhan Memanggilmu


Oleh: Biru


Bila ramadhan memanggilmu....

Mengetuk pintu hidupmu

Sambut ia sepenuh rindu

Dekap ia sepenuh cinta

Dan biarkan jemari indahnya

Merengkuhmu dalam istana ampunan Nya


Bila ramadhan memanggilmu...

Sambutlah ia seumpama tamu istimewa

Kenanglah kelopak hari - hari

Yang tlah luruh berguguran

Kenanglah seumpama pertanda

Bagi engkau sang penerus perjalanan

Bersiap menjemput giliran

Bila tak lagi kau jumpai ia

Ramadhan di tahun depan...


Bila ramadhan memanggilmu....

Bersihkan hati dari segala dengki

Sucikan jiwa dari segala prasangka

Bersihkan raga dari segala dosa

Bila ramadhan memanggilmu...

Berlarilah menjemput panggilan Nya....


3. (Ramadhan) Akankah Sampai Waktuku


Oleh: Eka Natassa


Akankah sampai waktuku

Aku menantikan detik demi detik berlalu


Akankah sampai disana waktuku

Bertemu dengan bulan yang kurindu

Menggauli malam dengan taffakur dan tawadhu'

Mengenang kenangan yang tlah terlewatkan,

Waktu yang terbuang,

Kesia-siaan yang pernah dilakukan,

Kesalahan,

Kelupaan,

Kehinaan seorang makhluk yang hanya bisa meminta

Memohon akan petunjuk-Nya,

Menghiba agar diampuni-Nya dosa kita...

Astaghfirullah al adzim...


Dari Allah-lah datangnya titik air mata

Kecintaanku membuncah pada yang kupuja

Kerinduanku meradang pada bulan yang Dia rahmatkan...

Keharuan akan kebesaran-Nya

Dalam melipat gandakan pahala kebaikan kita,

Khusus untuk umat-Nya yang beriman

Subhanallah...

Ramadhan


Akankah sampai aku di waktuku

Bertemu denganmu

Mengharapkan.... limpahan rahmat,

Pintu yang terbuka lebar untuk bertobat,


Aku dan dosaku menunggu

kedatanganmu

Ramadhan...


4. Seribu Bulan di Ramadhan


Oleh: Alya Zhaafirah Husni


Waktu yang kupunya kian berlompatan

Mengusik ketenangan dan denyut nadi

Saat kutatap lembaran bulan


"Oh, sudah tiba lagi"

Terperanjatku dalam perjalanan hidup

Masih tersisa jejak masa lalu


Hidup penuh limpahan dosa

Tangis saja tak mampu menebusnya

"Kau masih jauh dari ampunan"

Hati kecilku menghakimi


Ya Alloh...

Ramadhan-Mu kembali menegurku

"Raih dan Kejarlah Maghfiroh-Nya!"


Ya Alloh...

Kau beri aku ramadhan di negeri asing ini

Namun getar bahagia menanti seribu bulan-Mu

Lekat dalam pengharapanku

Jalan tuk merasai ampunan-Mu


5. Bulan Puasa di Kehidupan Kecilku Kala Itu


Oleh: Awaluddin


Begitulah, seperti hari itu ibu berkata padaku

Dini hari, awal bulan yang pertama

Aku masih lelap dan masih kecil di kehidupan kala itu

"Bangunlah anakku...Bangun untuk latihan pertamamu mencintai Tuhan..."


Demikian ia berkata sembari mengguncang bahuku lembut

Aku terjaga dan menatapnya nanap masih diaduk kantuk

Satu tarikan nafas dan kulihat ia tersenyum sumringah

seperti bidadari Turun ke Bumi menyusuri cakrawala dan hanya tertuju menghampiriku


"Berat nian bagimu saat ini anakku sayang"

"Tapi...kelak kau akan mencintainya dan menunggunya sebagaimana kekasih yang

hilang"

Ia menggandeng lenganku dari pembaringan dan menuntun kepada ketaatan agama


Begitulah Ya Ahad, yaaa Rahman..

Kelak hari itu adalah pagi bening lembab yang terindah di sepanjang musim


Yang Engkau ciptakan dari semesta musim di tengah firdaus

Sebab itulah pagi hari pertama aku belajar mencintai diri-MU duhai yang maha Rahim


Pagi kecilku menanam benih kenikmatan merindu Iman

Aku turut titah-MU agar sehari menahan diri dari gundah hawa nafsu

Meski tubuh kecilku kadang goyah tapi aku kuatkan hingga kini aku mampu


Dan mudah-mudahan kuat kelak kekal hingga nafas sisa sejengkal

Saumku yang pertama

Dan ibuku benar aku menunggu sepanjang tahun hingga kini

berharap bersua serta menunggu dengan debar harap setiap tahun berikutnya


Laksana menunggu kekasih yang hilang di simpang tiga titian

Tak berharap indahnya surga atau karena takut liuk api neraka

Aku hanya ingin mencintai-Mu


Maka dengarkan dendang doaku ya rob "

.."Nawaitu saumaghodin an adai fardhu ramadhan hazihi sanati lillahi taala"

(Sengaja aku berpuasa esok hari untuk menunaikan fhardu ramadhan tahun ini karena

Allah)


6. Ramadhan Dalam Keterbatasan


Oleh: Teteh Okti


Disini, terlalu mendongak berharap terwujud berbuka berjama'ah,

dimana ada kesempatan melakukan pun bagaikan mendapat durian jatuh.

Seperti punguk merindukan bulan,

tatkala mendamba menaikkan kualitas hubungan dengan Yang Diatas,

manis lantunan pujian menyebut nama Mu,

kenyataan dengan sesama seperti mencari jarum dalam tumpukkan jerami.


Target tilawah penuh, jauh...

Kilat menyambar di tengah terik matahari untuk menuju khatam,

per ayat saja laksana kucing mengincar tikus.

Itikaf setali tiga uang, kembaran angan-angan

dalam detik melahirkan menit yang tumbuh menjadi waktu

diri masih berpeluh dengan najis dan laknat.


Ramadhan datang dan kembali

wanginya hanya mampir di hidung, gempitanya hanya singgah di telinga, tapi

tidak terbukti dalam sikap.

Diri tidak sempurna mencair, meleleh pun bagaikan bunga tidak berputik.

Terpaku dalam kubangan dosa dan salah

jerit jiwa raga sebatas memberontak.

Bangsa, penguasa, atau isi jiwa yang salah?


Tersebut panggung yang aku alami bersama ribuan hati dan jiwa yang serupa

beruntung penduduk bumi khatulistiwa, tinggal niat dan pelaksanaan.

Lapangkan jalan, luaskan kesempatan

disini ribuan hati dan jiwa yang serupa terpenjara pagar tetangga.

Ya Allah!

Aku diantaranya...


7. Rindu Ramadhan


Oleh: Muza


Tak terasa Ramadhan hampir tiba

Terpekur aku dan menangis

Dibawah sajadah yang terbentang

Betapa rindu yang kian mendera


Ketika Ramadhan hampir tiba

Dapatkah aku menggapainya

Menemuimu,menjalankan dengan nikmat

Dengan asa yang ada diraga


Ketika Ramadhan hampir tiba

Sujud ampunan dan syukur yang tak terhingga

Ketika gema dipenjuru dunia

menyambut dengan gembira


Ketika Ramadhan hampir tiba

Ingin rasa nya lebih dekat dengan Mu

Dengan segala kekurangan

Untuk menjemputmu dengan jiwa yang bersih


Ya Rabb beri hamba untuk merasakan

hari hari yang indah didalamnya

Dengan beribadah ,dan mencapai malam lailatul Qadar

Dengan segenap jiwa


8. Rantai Kebebasan


Oleh: Rinda


Tak diam melengkapi ikhtiar

Tak rasa lipatan rindu terobati

Rangkaiannya hampir sempurna

Mendekati sempurna


Asa akan sampai di penghujung

Raga tak pernah sabar menanti

Jiwa melayang untuk merasai kenikmatan

Mimpi pun berpendar menjadi simbol kenyataan


Rantai kebebasan

Menghampiri doa yang sempat tertahan

Menjadikan doa pasti terkabulkan


Rantai kebebasan

Menghampiri mimpi yang segera sampai

Menjadikan cita menjadi kenyataan


Aku lepaskan rantai kebebasan

Untuk lebih banyak meminta padaMu

Untuk lebih banyak memohon padaMu

Untuk lebih banyak mengemis padaMU


Aku lepaskan rantai kebebasan

Untuk membuktikan cinta padaMu

Untuk menunjukkan sayangku padaMu

Untuk menunjukkan kangenku pada wajahMu


Aku lepaskan rantai kebebasan

Untuk senantiasa duduk disampingMu

Untuk mendayu bersama syairMu


Untuk menjadi penyair sejatiMu

Untuk menjadi pendoa abadiMu


Dan Aku lepaskan rantai kebebasanku

Sebebas do'a yang akan kusampaikan

Sebebas angin yang akan membawa pergi

Sebebas kekhusyu'an yang pernah diajarkan

Sebebas yang aku mau dan aku inginkan


Dan aku lepaskan rantai kebebasanku

Sebebas yang aku butuhkan

Agar aku kembali bebas untuk mencintaiMu

MencintaiMu, diantara degupan yang hampir tak pernah tenang

Agar aku kembali bebas untuk mencintaiMu

Diwaktu lain, yang berbeda dari kali ini duhai Ramadhan dan i'tikaf


9. Haru Biru


Oleh: Ummu Aisyah


Haru biru aku...

Merasuk hatiku

Menatapmu

Menyambut kehadiranmu


Haru biru aku...

Menghinggapiku

Karna rindu

Tuk bersua dengan mu


Haru biru aku...

Menyelimutiku

Merangkai pengabdian

Disetiap detikmu


Haru biru aku...

Menyesakkanku

Mengharap Ilahi

Ridhoi amalku


Haru biru aku...

Menggelayutiku

Berlari dan tertatih

Gapai kemuliaanmu


Haru biru aku...

Padamu ramadhan

Yang punya kemuliaan

Melebihi seribu bulan


10. Izinkan Aku Kembali


Oleh: Yusuf


Sebelas bulan berlalu

Dosa dan salah terus berlaku

Tenggelam dalam nikmatnya waktu

Adalah hamba insan berhati batu


Kenapa ku bangga dengan kebohongan

Kenapa ku puas dengan kemunafikan

Kenapa ku menikmati tiap tetes hinaan

Aku sangat tidak pantas


Ya Rabb

Diatas dahsyatnya siksa kemalangan

Izinkan aku masuk mereguk RamadhanMu

Biarkan aku menahan perihnya kesabaran


Kuatkan kakiku menopang shalat-shalat malamMu

Bebaskan aku menikmati manisnya zikirMu

Ceriakan aku dengan gema takbirMu

Ringankanlah jalanku


Tak ada yang kuharap dariMu

Kecuali pintu ampunan atas salahku

Terimalah doaku

Terimalah aku


11. Di Bawah Rindang Maghfirahmu


Oleh: Ririen


Menelungkup..

Di dipan kayu usang nan lapuk Di dipan kayu usang nan lapuk

Tanpa suara..

Menghitung debu- Menghitung debu-debu kotor di langit jiwa debu kotor di langit jiwa

Lalu berteriak memecah debu

Tak juga hancur

Berbisik pun

Takbuat luluh buat luluh

Ah, aku lelah...debu ini terlalu tebal


Hei..lihatlah!

Seonggok diri yang hina

Mementaskan tarian jiwa

Bersimpuh Bersimpuh khusyuk khusyuk

Pada Doa Tobat Pada Doa Tobat

Menangis..

Dada bergetar...

Raungan sesal Raungan sesal menggelegar... menggelegar...

Tarian jiwa makin menggila

Menghentak

Air mata mengalirkan asa

Berharap Arasy~Mu berguncang


Allahu...Allahu..Allahu..


Jeda..

Kupicingkan mata mengintip

Ah..gumpalan debu itu masih melekat Ah..gumpalan debu itu masih melekat di kalbu pekat kalbu pekat

Tapi Engkau masih memberiku Ramadhan

Maka...

Perkenankan aku berteduh

dalam Rindang Maghfiroh- dalam Rindang Maghfiroh-Mu...


Allahu...Allahu..Allahu..


Demikian ulasan mengenai puisi menyambut bulan Ramadhan. Semoga bermanfaat!


Editor : Komaruddin Bagja

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network